Bagian 171.

“Hey.”

Merasakan tepukan di bahunya bersamaan dengan sapaan, Book lekas menolehkan kepalanya dan mendapati Force yang tersenyum tipis dan duduk di sebelahnya.

“Force!” Berseru refleks kemudian diam-diam mencubit lengannya sendiri ketika sadar jika mungkin, reaksinya terlalu berlebihan. “Kamu bukannya jadi interviewer?”

Yang ditanya mengangguk kemudian menopang dagunya di atas meja dengan satu tangan dan menatap Book yang mengajaknya bicara. Tidak tahu jika tingkahnya itu membuat sosok yang berada di sampingnya tengah mati-matian menahan supaya wajahnya tidak memerah hebat karena ditatap seperti itu.

“Masih lima belas menit lagi,” Force melirik jam tangannya yang menunjukkan pukul 12.45, lalu menyodorkan sesuatu ke arah Book. “Nih, biar kamu gak terlalu nervous.”

Sepasang mata Book sedikit terbelalak ketika Force memberikan satu kotak pocky banana, Ia tidak menyadari jika sejak tadi lelaki itu membawanya.

“Eh, buat aku?”

Salah tingkah.

Book mengambil camilan itu sedangkan bola matanya bergulir kesana-kemari, kemana saja asalkan tidak beradu tatap dengan Force.

Force tertawa pelan dan tangannya terangkat dengan refleks untuk membetulkan poni Book yang sebagian menutupi matanya.

I heard you're obsessed with this. So, I bought you one.” Ujar Force, sama sekali tidak menyadari rona merah yang sudah menjalar hingga ke telinga lelaki yang berada di sebelahnya. “Maaf ya, sticky notes aku habis. Jadi, nggak bisa kasih tulisan semangat kayak orang-orang.”

Book hanya terkekeh, tetapi menjerit dalam hati. Jangan tanya bagaimana perasaannya setelah ini. Sudah jelas Ia akan semakin jatuh cinta kepada lelaki itu.

Thank you so much!” Ia sedikit memeluk sekotak camilan itu sebelum tawa keduanya pecah. “Tau darimana kalau aku suka banget sama pocky banana?”

“Rahasia,” Force mengerlingkan matanya sementara Book memajukan bibirnya sesaat. Lelaki dengan sorot mata layaknya rubah itu tidak dapat menahan senyumnya ketika si calon anak emas Rhetorical itu pura-pura merajuk. “Tinggal lima menit lagi. Aku duluan, ya. Jangan nervous pokoknya. Tenang aja. Semangat!”

Force menepuk pelan pucuk kepala Book sebelum berlalu, meninggalkan lelaki yang kini menyentuh pucuk kepalanya sendiri sementara rona merah di wajahnya sudah menjalar hingga kemana-mana.

Setelah sosok Force tidak dapat ditangkap lagi oleh pandangannya, Book menatap sekotak pocky banana yang berada di dalam genggamannya.

How can I not fall in love with you, J?”