Happy birthday! You forget it, don’t you?

NSFW, vanilla sex, praising, dirty talk, raw sex, profanity, kinda kinky I guess???


Force memijat pelipisnya sebelum menyandarkan punggungnya yang terasa begitu kaku pada sofa. Sepasang netranya melirik ke arah layar laptop dan berkas-berkas yang berserakan di sekitarnya secara bergantian. Ia menghela napas dengan panjang ketika menyadari jika dirinya telah berkutat dengan pekerjaan selama hampir lima jam. Masih dengan mengenakan pakaian yang Ia kenakan saat ke kantor, tetapi dua kancing teratasnya telah tanggal begitupula dengan dasinya yang dilempar entah kemana sementara kedua lengannya digulung hingga siku.

Hari ini, Force pulang lebih larut karena harus lembur. Ia menjejakkan kakinya di rumah pukul sembilan malam, padahal seharusnya semua orang pulang pukul tujuh. Force sangat lelah, tetapi setidaknya Ia masih memiliki kesempatan untuk menghujani wajah kekasihnya dengan kecupan walaupun Force tahu jika kekasihnya telah terlelap.

Namun, niat untuk mengganggu tidur kekasihnya itu harus buyar ketika Ia mendapatkan pesan dari grup divisinya. Ada beberapa detail yang terlewat sehingga mereka harus mengecek ulang dan menambahkan lebih banyak hal. Force sontak mengurungkan niatnya untuk lekas masuk ke dalam kamar.

Di sinilah Ia berakhir. Di ruang tamu, sendirian. Waktu telah menunjukkan pukul dua dan Force masih berkutat dengan pekerjaannya. Tenggat waktunya besok, pukul lima sore. Sebenarnya, Ia memiliki cukup banyak waktu apabila Ia memutuskan untuk tidur terlebih dahulu. Namun, Force bukanlah tipe orang yang suka menunda-nunda pekerjaan. Ada perasaan tidak nyaman apabila Ia harus menunda pekerjaan, dirinya lebih suka memiliki lebih banyak waktu luang di akhir daripada harus mengejar waktu.

Satu berkas lagi dan semuanya akan selesai.

“Force...”

Yang dipanggil sontak menoleh, mendapati kekasihnya tengah berdiri di dekat sofa. Sepasang matanya setengah terpejam dan hal itu membuat Force gemas setengah mati. Lalu, setelahnya Ia merasa sedikit terkejut ketika menyadari kekasihnya tengah menggunakan kemejanya yang tampak kebesaran dan celana pendek yang hampir tidak terlihat, mengekspos paha mulusnya.

“Book, kebangun ya? Aku berisik?” Tanya Force seraya meletakkan laptopnya di atas meja dan membereskan berkasnya yang berserakan. “Ini masih jam dua, sayang. Tidur dulu, ya?”

Book menggeleng pelan, kemudian berjalan mendekat dan duduk di atas pangkuan Force. Sepasang lengannya melingkar di sekitar leher Force sementara kepalanya diistirahatkan di atas bahu sang kekasih.

Force tersenyum kecil ketika menyadari tingkah manja kekasihnya. Tangannya terangkat untuk mengelus punggung Book dengan lembut, lalu mendaratkan kecupan pada pucuk kepala lelaki yang berada di pangkuannya. “Kamu kenapa enggak pakai piyama? Memangnya enggak kedinginan?”

Kekasihnya itu hanya bergumam, lalu mengeratkan pelukannya dan menggesekkan hidungnya di leher Force. “Kamu sibuk banget, ya? Pulangnya malam, kerjaannya masih dibawa ke rumah.” Book mendaratkan banyak kecupan di leher Force sementara tangannya menyelinap di antara surai sekelam malam, mengelusnya dengan lembut. Suatu kebiasaan yang selalu sukses membuat Force tenang dan nyaman dalam keadaan apapun.

“Iya, tapi sebentar lagi selesai, kok. Tinggal cek satu berkas, kalau datanya sudah benar semua berarti enggak ada yang perlu diulang,” Force membawa jemarinya menyelinap ke dalam kemejanya yang dikenakan oleh Book. Mengelus punggung kekasihnya dan alisnya terangkat ketika menyadari tubuh kekasihnya sedikit bergetar dengan sentuhan itu. “Sayang, hey. Kamu needy, ya?”

Anggukan kecil dari Book itu mengundang senyuman di wajah Force. Terbesit rasa bersalah di dalam hatinya. Entah sudah berapa lama sejak terakhir kali mereka berbagi sentuhan, Force terlalu sering membiarkan dirinya tenggelam dalam pekerjaan akhir-akhir ini dan pulang dengan keadaan Book yang sudah berpetualang di alam mimpi.

“Kamu kenapa pakai baju aku? Kangen banget, ya?” Tangan Force tidak berhenti bergerak untuk memberikan sentuhan di punggung Book. “Or did you touch yourself while thinking of me and wearing my shirt?”

Wajah Book dipenuhi rona merah ketika pertanyaan itu terlontar dari mulut prianya. Force telah mengetahui jawabannya detik itu juga. Ia menyentuh dagu Book, memaksa lelaki itu untuk menatap matanya. “How does it feel? Did your little hands satisfied you enough?

Lelaki yang berada di pangkuan Force itu merengek dan mencengkram kemeja Force dengan pelan. “No, it's not. No at all.

Force mencuri kecupan di sudut bibir Book dan menjilat bibirnya sekilas untuk menggoda kekasihnya itu. “Sayang, capek enggak? Do you want to do it?”

“Tapi, Force yang capek. Harusnya Force istirahat dan tidur.” Book memajukan bibirnya. Tersadar jika prianya itu sangat lelah walaupun susah sekali untuk menahan rasa haus akan sentuhan kekasihnya.

Pada detik selanjutnya, desahan kecil keluar dari bilah bibir Book ketika Force dengan kurang ajar menyentuh kejantanannya yang masih terbalut dengan celana pendek. “You got a boner, baby. Are you sure to handle this alone?” Force berbisik di telinganya dengan suara rendah, membuat Book mengumpat dalam hati.

Force terkekeh, sedikit mengejek ketika kekasihnya itu menggeliat tidak nyaman setelah menerima sentuhan dadakannya. Mencoba menerka berapa banyak waktu sibuknya dan apa saja yang dilakukan oleh si manis ketika sedang butuh sentuhan sehingga Ia menjadi sesensitif ini.

“Aku capek, but I don’t want you to be desperate like this,” ucap Force seraya mendaratkan satu kecupan di pipi Book yang memerah. “Cherry on top and make it quick so we can sleep while hugging until the sun rises, call?

Call.

Memangnya ada pilihan lain selain melepas rindu dan menyalurkan hasrat mereka? Walaupun biasanya mereka lebih menyukai bercinta di atas kasur, menghabiskan dua sampai tiga sesi, dan menikmati waktu yang berjalan, tetapi untuk kali ini mereka tidak bisa menahannya bahkan untuk sekadar berjalan ke kamar.

Tidak peduli sofa ini tidak senyaman kasur mereka ataupun laptop Force yang kini layarnya berwarna hitam, mode sleep, karena Ia tidak menyentuhnya lagi. Persetan dengan semua hal itu. Book jauh lebih menarik untuk disentuh.

Bibirnya mulai meninggalkan jejak kepemilikan di sepanjang leher dan tulang selangka Book, tanpa perlu berpikir jika ada yang akan melihatnya. Toh, pria manisnya itu selalu menghabiskan waktu di rumah, mengurus bisnisnya di rumah sehingga Force tidak perlu khawatir orang-orang melihat semua tanda merah di sekujur leher dan bahu Book.

Di pangkuannya, Book menggeliat kecil sementara mulutnya mengeluarkan suara yang sangat Force suka. Tangannya kembali menggerayangi setiap inci tubuh sang kekasih setelah berhasil melepas semua kancing kemejanya yang dikenakan Book. Untuk yang kesekian kalinya, Force berpikir hal apa saja yang dilakukan Book ketika prianya itu menyentuh dirinya sendiri sehingga menjadi sangat sensitif oleh sentuhan-sentuhan seperti ini.

“Jujur sama aku,” ujar Force seraya memainkan jemarinya di kedua puting Book. “Kamu mikirin apa aja waktu kamu sentuh diri kamu sendiri selagi enggak ada aku? Maybe, next time we can make your wild imagination becomes true.

Book memejamkan matanya sementara mulutnya terbuka untuk menyuarakan desahan ketika Force tidak berhenti mengerjai dadanya. “It’s now happening already, Sir. You’re fucking me in a suit that you wear when you went to work.

Fuck, you call me what?

Sir.”

Damn.

Yang terjadi pada detik selanjutnya adalah Book mendongakkan kepalanya sementara dadanya membusung karena Force menghisap kedua putingnya secara bergantian. Jemarinya menyelinap di antara helaian rambut Force dan sedikit menariknya ketika Ia merasakan nyeri dan nikmat di saat yang bersamaan.

Book memohon kekasihnya untuk berhenti, tetapi tentu saja Force tidak akan mengindahkan permohonan itu. Lidahnya tidak berhenti bergerak untuk menjilati puting Book dan menggesekkan giginya di sana. Tangannya bergerak untuk menanggalkan celana sang kekasih yang berada di pangkuan sebelum Ia mendaratkan satu tamparan di pantat Book.

“Force!”

Akhirnya Force melepaskan mulutnya dari dada Book dan menatap sepasang mata kekasihnya seolah tidak memiliki kesalahan apapun. “You have no clue how impactful your words are. Is that your new kink, eh?” Force mengangkat alisnya, memperhatikan wajah Book yang semakin memerah. Entah menahan nafsu atau menahan malu. “Don’t get mad at me. I know you’re feeling aroused now. But, let me save it for later. I definitely will wreck you on the weekend after I finish all of my work. Just prepare for it.

Book hanya mengangguk, menurut apa yang dikatakan oleh Force. Dirinya sudah dibuat kewalahan hanya dengan bayangan Force yang mendominasinya seharian penuh. Nafasnya memburu, Ia mengalungkan lengannya di bahu Force dan mencium bibir prianya dengan berantakan.

Diam-diam, Force tersenyum. Membiarkan sang kekasih melahap bibirnya sementara tangannya bergerilya di sekitar pinggang dan pantat Book.

“Sayang, a moment, please,” Force sedikit menarik bahu kekasihnya sebelum menyentuh bibir tipis kesukaannya dengan lembut. “Suck them.

Lagi, Book menuruti perkataan Force. Memasukkan tiga jemari kekasihnya ke dalam mulut. Membiarkan jemari itu bermain di dalam mulutnya, menekan lidahnya, sebelum Ia menghisap jemari Force dan membasahinya.

Shit,” umpat Force ketika memperhatikan apa yang sedang dilakukan oleh Book. “I wonder how it feels to have my dick inside your warm mouth.

Book menatap Force dengan sayu ketika mendengar apa yang dikatakan oleh kekasihnya itu. Pandangan keduanya menggelap, nafsunya telah berkabut.

Force mengusap pipi Book dengan lembut sebelum menarik jemarinya dari mulut lelaki itu. Mendorong pelan punggung Book sehingga Ia dapat menyandarkan kepalanya di atas bahu Force. Tangan Force bergerak menuju pantat Book, mengusap lubang sempit kekasihnya dari luar sebelum Ia memasukkan jemarinya ke dalam sana.

“Ahh!”

Book mencengkeram lengan atas Force dengan kuat sementara wajahnya di tenggelamkan di bahu sang kekasih yang kini mulai sibuk menggerakkan jemarinya di dalam sana.

Damn, you're so tight.

Nhnn, Force…”

Belum ada dua menit dan Book sudah mendesah kewalahan, merasakan bagaimana dua jari Force bersarang di dalam analnya. Gesekan antara jemari Force dengan dinding analnya membuat paha Book bergetar di atas pangkuan sang kekasih.

Force mendaratkan kecupan di pucuk kepala Book sementara tangannya tidak berhenti bergerak. Tubuh yang berada di pangkuannya itu sedikit melonjak ketika ujung kedua jarinya menyentuh suatu titik di dalam sana. Membuat Book nyaris berteriak dan tubuhnya bergetar.

“Force, aku enggak mau keluar duluan.”

Mendengar rengekan yang diselingi oleh desahan itu membuat Force tertawa kecil sebelum menarik kedua jarinya keluar dari lubang Book.

Padahal tadinya Ia ingin terus mengerjai lubang sempit itu, Force suka ketika mendengar Book memohon karena frustasi dan putus asa. Force suka ketika suara dan badan Book bergetar ketika Ia mencapai pelepasannya.

Namun, ketika Ia menyadari mereka tidak begitu memiliki banyak waktu, Force harus menyimpan segala ide jahilnya untuk sesi bercinta di akhir pekan.

Cengkeraman Book pada lengan atas Force mengendur ketika Ia merasakan sensasi kosong pada lubangnya sebelum Ia sedikit mengangkat tubuhnya untuk memudahkan Force melepas celana panjangnya.

You look so pretty when you're begging. Beg for me later, okay?

Force memegang kedua sisi pinggul Book ketika Ia berhasil melepas celananya sendiri. Penisnya yang telah berdiri tegak sejak tadi bergesekan dengan pipi pantat Book, membuat lelaki itu mendesah pelan.

Dengan gemetar, tangan Book terjulur ke belakang untuk meraih penis Force dan mengarahkan pada lubangnya. Book menurunkan pinggulnya dengan perlahan, kepalanya mendongak ketika Ia merasakan penis Force mulai memasuki lubangnya dan menggesek rektumnya.

“Force, ahh!”

Book lekas menyembunyikan wajahnya di bahu Force untuk meredam suara yang terus keluar dari mulutnya sementara Force menggeram ketika merasakan dinding rektum Book seakan memijat penisnya di dalam sana.

Dengan bantuan Force, Book menggerakkan pinggulnya naik turun dan merengek ketika Ia merasakan penis Force masuk semakin dalam, hampir menyentuh prostatnya di dalam sana.

You're so damn tight, when was the last time we do it?” Force meremas pantat Book, membuat lelaki yang sedang bergerak naik turun di pangkuannya itu mendesah semakin berisik. “Sayang, coba lihat sini.”

Book mengangkat wajahnya untuk menatap Force, membuat lelaki itu terpana untuk sesaat. Wajah Book yang memerah, penuh dengan peluh, matanya sayu, dan mulutnya terbuka. Entah kebaikan macam apa yang dilakukannya di masa lalu hingga Ia dapat melihat hal seindah ini dengan mata kepalanya sendiri.

“Ganteng. Indah. Cantik. Banget. You're just as red as cherry now. Indeed, my cherry on top.” Force turut menggerakkan pinggulnya berlawanan arah dengan Book. Kurang dari lima detik setelahnya, suara desahan Book meninggi ketika ujung penis Force menyentuh prostatnya.

“Ahh!”

Book terisak, menangis dalam kenikmatan ketika Force mencengkeram erat pinggulnya dan menggerakkannya naik turun tanpa jeda, membuat penis Force menghantam prostatnya berkali-kali. “Force, it feels so good. It feels so good to have yours inside me. Why are you so good at this?”

Punggung Book sedikit membusur ketika Ia merasakan milik Force membesar di dalamnya. Sejujurnya, Ia sudah tidak mampu berkata-kata lagi. Nyaris lupa dengan namanya sendiri sebab sejak tadi Ia terus meneriakkan nama Force. Namun, ada sesuatu yang harus Ia katakan saat ini.

“Force, your dick twitching inside me—ahh!”

Satu kalimat yang bahkan belum selesai diucapkan itu mengundang Force untuk bergerak lebih liar, penisnya terus menghantam prostat Book di setiap hentakan.

“Force, Force.”

Book kewalahan. Kakinya bergetar sementara penisnya telah mengeluarkan precum sejak tadi, membasahi kemeja yang dikenakan oleh Force. Ia mendekatkan tubuhnya ke arah Force, mencoba untuk berbicara di telinga Force dengan susah payah karena hentakan penis sang kekasih di lubangnya tidak memberikannya jeda untuk sekadar berhenti mendesah.

“Hnnh, Force. Happy birthday! Happy birthday, love. You forget it, don't you?”

Seolah dunia berhenti berputar, Force sontak menghentikan gerakan pinggulnya dan menahan pinggul Book untuk berhenti bergerak. Mengundang rengekan dari yang sedang berada di pangkuan. Tangannya berpindah untuk meraih bahu sang kekasih, menatapnya tepat di mata.

“Sayang?”

Book mengangguk dan tersenyum, kemudian mendekatkan wajahnya untuk mendaratkan kecupan di bibir Force. “Today is your birthday. I've known that you'll forget your birthday just like last year. I'm sorry that I don't have a proper surprise for you, but I promise I'll bake you a cake this evening.

Force lekas menarik kekasihnya dalam pelukan dan menggerakkan pinggulnya lagi. Book terkejut dengan gerakan yang terlalu tiba-tiba itu, tangannya sontak kembali mencengkram lengan atas Force, dan suara desahannya kembali memenuhi ruangan.

“Sayang, terimakasih. Terimakasih banyak.” Force berucap selagi pinggulnya tidak berhenti bergerak, ujung penisnya terus menghantam prostat Book. “Damn, you're always full of surprise and always be the one. Baby, I'm so grateful for having you by my side. Please, stay with me forever, yeah? I'm gonna marry you next year just like what I've promised.

Entah apa yang harus Book katakan, kepalanya terasa berputar. Berusaha untuk memproses kalimat demi kalimat yang diutarakan Force sementara kenikmatan menyerangnya bertubi-tubi.

“Force, Force!”

Call my name. Just call my name, scream it as loud as you want.

Wajah Book semakin basah oleh peluh dan air mata. Sepasang kakinya bergetar, tidak kuat untuk bergerak, membiarkan Force untuk mengejar pelepasan keduanya sendirian.

Tubuhnya serasa dibawa terbang begitu tinggi, rektumnya mengetat seolah mencengkram penis Force di dalam sana. Desahan dan geraman keduanya bersahut-sahutan, memenuhi ruangan yang mereka tempati saat ini.

Book menggigit bahu Force untuk meredam teriakannya ketika pandangannya terasa putih. Ia mendapatkan pelepasan, cairannya mengotori kemeja Force dan perutnya sendiri. Kurang dari satu menit setelahnya, Force menyusul. Melepaskan cairan spermanya di dalam lubang Book.

Keduanya terengah-engah, menghirup oksigen dengan rakus, bergetar dalam kenikmatan pasca ejakulasi. Force menyandarkan punggungnya pada sofa sementara lengannya melingkar di pinggang Book dengan erat.

“Sayang, terimakasih.”

Sepasang mata Book terpejam, tetapi senyuman manis hadir di wajahnya. Ia mengangguk pelan dan mengistirahatkan kepalanya di bahu Force. “Dua tahun berturut-turut kamu lupa sama ulangtahun sendiri. I had to remind you, tapi bedanya tahun kemarin enggak panas kayak gini caranya.”

Force tertawa ketika mendengar suara Book mengecil di kalimat terakhir karena malu. Pucuk kepala kekasihnya itu dihujani dengan kecupan. Setiap hari, rasa sayangnya semakin besar. Book bukanlah orang yang gampang untuk mengutarakan sesuatu, entah sudah berapa kali Force berkata jika Ia harus mengatakan apapun yang tengah dirasakan atau diinginkan.

Namun, Force juga tidak lupa jika kekasihnya ini penuh dengan kejutan. Banyak sekali hal yang dilakukan oleh sang kekasih dan membuatnya nyaris tidak dapat berkata-kata. Ia semakin sayang, semakin cinta.

Promise that you'll stay by my side?”

I promise. You're gonna marry me next year, though. There's no way to leave you.” Book tertawa kecil kemudian mengecup pipi Force dengan lembut. “Aku tahu kamu kerja sekeras ini untuk kita. Tapi, kamu harus ingat kalau kamu juga punya aku. Aku bisa bantu kamu. Ini semua tentang kita, kan? Jadi, kamu enggak perlu tanggung semuanya sendirian. Berbagi sama aku, ya?”

Force merasakan matanya memanas, tetapi Ia lekas membenamkan wajahnya pada bahu sang kekasih sementara tangannya bergerak untuk mengelus punggung Book dengan lembut.

“Iya, sayang. Maaf, ya, aku terlalu fokus sama pekerjaan. Aku nyaris lupa sama apa yang kamu mau. Aku lupa buat ngurus diri sendiri. Aku janji ini yang terakhir aku lembur dan bawa kerjaan ke rumah.” Ucap Force sebelum mendaratkan kecupan di sekitar leher Book yang penuh oleh tanda kepemilikannya.

Sepasang mata serupa rubah itu melirik ke arah jam dinding dan Ia tersenyum kecil ketika Book menguap. “Sekarang waktunya istirahat dan tidur, ya? Udah jam tiga. Kita lanjut ngobrolnya setelah bangun tidur, boleh?” Pandangannya mengedar ke sekitar ruangan yang mereka tempati. “I will take care of you and clean the mess that we made after this. Aku gendong sampai kamar kayak anak bayi, ya?”

Book hanya mengangguk. Tubuhnya terasa begitu lelah dan rasa kantuk menyerangnya begitu saja. Pelukannya pada leher Force mengerat. “Mhm, maaf ya kalau berat. Aku tadi makan marshmallow banyak banget.” Book bergumam dengan suara mengantuknya.

Force hanya tertawa kemudian menghujani pucuk kepala kekasihnya dengan kecupan lebih banyak. Sepertinya, Force benar-benar telah menyelamatkan dunia di masa lalu sehingga di masa kini Ia memiliki seorang Book Kasidet sebagai dalam hidupnya.

“Force,”

“Iya, sayang?”

Happy birthday!