LATIBULE : BAGIAN 6.1

“Nata, gue pulang!”

Nara berseru seraya menekan bel ketika sepasang kakinya telah menjejak di depan pintu rumah. Ia perlahan melepas sepatunya sebelum kembali menekan bel karena Nata tidak kunjung membukakan pintu.

“Lagi mandi apa, ya?” Gumam Nara seraya mencoba untuk mengetuk pintu. Bukannya mendapati sang kakak yang membuka pintu, Ia justru mendapati jika pintu depan tidak terkunci.

Anak lelaki dengan pakaian pakaian basket itu mengerutkan keningnya sebelum melangkah ke dalam rumah dengan was-was. Suasana di dalam rumah sangat hening, Nara hanya mendengar suara jarum jam dan sayup-sayup suara kecipak air kolam di halaman belakang.

“Nata, hey! Gue bawa siomay, nih.”

Nara melangkah semakin ke dalam dan tetap bersuara untuk memecah keheningan. Aneh. Rasanya aneh. Tidak ada suara Nata dan pintu tidak dikunci. Rasanya, Nata tidak pernah seceroboh itu untuk meninggalkan pintu depan rumah mereka tidak terkunci.

Si bungsu itu sudah lebih dari siap untuk melempar bungkusan siomay di tangannya apabila hal buruk yang melintas di pikirannya betulan terjadi.

Namun, hal selanjutnya yang didapati justru membuatnya nyaris berteriak. Ketika langkahnya mencapai ruang tengah, Nara melihat Nata yang sedang meringkuk di atas karpet tebal. Wajahnya pucat dan tubuhnya tampak menggigil.

“Nata!”

Nara lekas menaruh bungkusan siomay yang dibelinya di atas meja dan menghampiri Nata, kemudian Ia terkejut ketika menyentuh badan kakaknya yang panas. Kakaknya itu bergumam pelan, tidak jelas apa yang dikatakannya, tetapi Nara sekilas dapat menangkap jika Nata sedang merasa pusing luar biasa.

Nara panik setengah mati.